“Mendaki gunung lewati lembah. Sungai mengalir indah ke Samudra. Bersama teman bertualang.”
Penggalan lagu di atas tentu sudah tidak asing di telinga kita semua. Salah satu film kartun favorit saya dan mungkin juga kalian, Ninja Hatori.
Sebagaimana anak-anak yang tumbuh dan berkembang di desa, saya termasuk anak yang aktif bermain di lingkungan terbuka seperti lapangan, sawah dan kebun. Sekali waktu saya pernah mendapat marah dari nenek lantaran memanen buah jeruk yang masih muda. Buah jeruk tersebut saya gunakan untuk membuat gada, senjata Hanoman dalam pewayangan Ramayana. Gada dari jeruk pamelo itu saya gunakan bersama teman-teman untuk perang-perangan di lapangan bola saat sore hari. Mengingat hal seperti ini tentu membuat bibir membentuk bulan sabit yang indah.
Banyak dari kita memiliki kenangan masa kecil yang tentu masih membayang di ingatan. Baik dari benda-benda yang biasa kita jadikan mainan, atau pun berbagai jenis permainan yang sudah sangat jarang untuk dijumpai saat ini. Berkegiatan di alam terbuka membuat kita mampu meciptakan permainan yang memanfaatkan apa yang kita jumpai seperti dari tumbuhan. Tidak jarang ada juga dari tanaman itu yang bisa kita konsumsi.
Mungkin kalian pernah menghisap sari bunga, ataukah sekadar penasaran dengan gerak tumbuhan? Berikut ini saya sajikan 5 (lima) tumbuhan yang mungkin mengingatkan masa kecil kalian.
Putri Malu
Tumbuhan ini sering kita temui di lapangan, tepi jalan atau tempat-tempat yang kering. Bila bertemu dengan Mimosa pudica ini, entah mengapa kita selalu ingin menyentuhnya. Kadang dijadikan tantangan untuk membuat daun lain, selain yang disentuh untuk tetap terbuka. Tidak jarang ada juga yang teriak-teriak saat berlari, rupanya melewari rumpun-rumpun putri malu.
Jarak Pagar
Di Palopo, kami menamainya pallang. Tumbuhan ini sering dijadikan pagar kebun karena tidak dimakan ternak. Dulunya, biji kering Jatropha curcas ini ditumbuk bersama dengan kapuk lalu dililit pada stik bambu untuk dijadikan obor atau pelita. Dunia anak-anak memang berbeda, kala itu kita menggunakan getahnya untuk membuat balon-balon. Tangkai daun yang berongga digunakan sebagai alat peniup, panjangnya sekitar 5 – 10 cm. Dengan menyentuhkan salah satu ujung dari pipet tangkai daun lalu ditiup di ujung yang satunya, akan terbentuk balon-balon udara. Menyenangkan. Hanya saja rasanya sedikit sepat.
Ceplikan
Pletekan (Jawa) memiliki bunga yang cantik berwarna ungu. Di Makassar, orang-orang menyebut Ruellia tuberosa ini dengan nama Lappo-lappo. Sesuai dengan namanya, Lappo (meletus, meletup), buah dari tumbuhan ini dijadikan sebagai petasan. Caranya cukup unik, cukup membasahi polong buah kering dengan air atau bahkan dengan air liur lalu meletakkannya. Tidak lama setelah itu, polong buah akan pecah dan mengeluarkan suara letupan. Bijinya terlempar entah kemana. Terakhir kali saya memainkan tumbuhan ini di Pucak, Maros, bulan lalu.
Rambusa
Tumbuhan merambat ini masih keluarga dengan markisa. Di kampung saya dinamai Bibbi, teman-teman sering menyebutnya makanan ular. Apa iya yah ada ular yang vegetarian? Bagi yang masih sering berkegiatan di alam terbuka, tentu masih biasa bertemu dengan Passifflora foetida ini. Rasanya seperti markisa dan banyak mengandung air. Yakin kalian tidak pernah memakannya?
Bunga Tahi Ayam
Tumbuhan ini masih banyak ditemui ketika kita melakukan perjalanan ke luar kota atau kah saat kita mendaki. Aroma dari Lantana camara ini memang menyengat, mungkin itu yang menyebabkan kata tahi ayam disematkan di namanya. Buahnya yang sebesar biji merica ini bisa dimakan jika sudah berwarna hitam. Anak laki-laki lebih banyak memanfaatkan buah yang masih hijau sebagai peluru pada “tembak-tembak bambu” untuk perang-perangan. Rantingnya memiliki duri yang kecil-kecil jadi harus berhati-hati saat memanennya.
Tentunya masih banyak tumbuhan-tumbuhan yang bisa mengingatkan aktivitas masa kecil kita. Apa tah lagi jika tumbuhan itu sudah jarang kita jumpai. Alam menyediakan banyak atribut yang bisa membuat kita belajar banyak hal. Pengalaman masa kecil bukanlah sesuatu yang buruk untuk dikenang karena itu salah satu kekayaan yang kita miliki. Selamat mengenangnya.
Kayaknya masa kecil ta satu jaman ya kak enal, membaca ini nengingatkan masa kecilku juga hehehe
Termasuk isap-isap nekhtar bunga, Kak ?
Iyya, kembang asoka hahhahaha
Ada juga itu yang berambat tanamannya kak, bunga juga. Warnyanya merah.
Alhamdulillah karena empat dari lima tanaman itu juga menghiasi masa kecilku
Apa yang tidak, Daeng ?
Ah… Om Enal, kelima tumbuhan di atas saya mainkan semua waktu masa kecil. Bertanggung jawab memangki Om “Kembalikan masa kecilku!”
Sini sama om, mumpung lagi jinak 😀
Ahh…. Om Enal, kelima tumbuhan di atas saya dapat semua waktu masa kecil. Apalagi yang tumbuhan tahi ayam itu, buahnya biasa dipakai sebagai peluru untuk perang-perang.
Om Enal bertanggung jawab memangki “Kembalikan masa kecilku Om!”
Wah itu rambusa asem asem manis, daunya enak untuk Di urap daeng….
kalau daunnya saya belum pernah coba hehehe
Silahkan coba daeng Di urap beuh sedaplah☺
oh iya Salam kenal daeng👍
salam kenal. dari mana Bang?
Salam kenal daeng.. ih sy wanita daeng bukan, abang 😂. Asli sumatra hanya sj tinggal di negara sebrang daeng.
heheheh… maaf :”D Asal gak lupa Indonesia aja qqqq
Nama Bugis tumbuhan ini bangkara Bugis
Nama Bugis tumbuhan ini bangkara Bugis yg buahx mainan anak anak dijadikan peluru senjata bambu 🙏🙏🙏😁😁😁