Meramu Rasa Bersama Kopi dan Santan

Tanaman labu tumbuh subur di atas sisa pembakaran ranting dan brangkasan pohon. Buahnya beragam warna, bentuk, dan ukuran. Warna daging buahnya yang kuning menyala tercium ranum setelah dikukus oleh Ibu. Santan dari kelapa yang tidak terlalu tua dengan sedikit rasa asin khas garam dapur dituang di atas potongan labu itu. Rasanya yang manis, asin dan gurih dengan tekstur yang legit masih terngiang di kepala saya, bersantai bersama Bapak usai bekerja di kebun. Labu pun menjadi sayuran kesukaan saya. Apatah lagi jika dimasak bersama santan, dengan serai sebagai penguat aroma. Nasi bersama dendeng tuna, tak pernah cukup satu piring untuk saya.  Sayang waktu tak pernah bersedia untuk memutar ulang sebuah kisah.

Hari ini, saya di sini, di sebuah tempat yang berada di ujung selatan Pulau Andalas. Entah untuk berapa lama, bukan sebuah hal yang penting untuk saya pikirkan. Bagi saya adalah bagaimana menjadi penting untuk belajar dan berkarya, paling tidak mampu memberi sesuatu yang bermakna untuk orang banyak. Ah, lebay.

Kali ini saya tidak diperhadapkan lagi dengan labu, tapi kopi. Kopi dan santan adalah kolaborasi rasa yang mungkin masih aneh terdengar di telinga sebagian orang. Namun demikian, di daerah Blora, Jawa Tengah, racikan kopi yang dimasak dengan santan sudah dikenal puluhan tahun silam. Bubur kacang ijo, bubur ketan merah dan es cendol adalah beberapa menu yang akrab dengan santan yang sering kita nikmati.

Selama ini, susu yang digunakan sebagai pencampur minuman seperti kopi untuk mengeliminasi rasa pahit, itu juga menjadi fungsi santan, terutama bagi kaum vegan. Selain itu, penambahan santan juga memberi rasa gurih pada kopi. Mengingat tren kopi semakin banyak diminati maka bukan tidak mungkin kopi santan juga akan bersaing dengan kopi-kopi lainnya. Hanya tinggal butuh banyak sentuhan dan jiwa experience dari para pegiat kopi untuk membuatnya lebih popular.

Pertanyaan yang mungkin banyak muncul adalah, “Amankah santan dikonsumsi mentah?”. Sejauh referensi yang saya baca, tak ada satu pun yang menjelaskan bahwa santan mentah berbahaya untuk dikonsumsi selama dalam kondisi yang tidak berlebihan. Ya, apa pun yang dikonsumsi secara berlebihan sudah pasti merusak sistem keseimbangan yang ada. Bahkan sejak munculnya pemberitaan tentang atlet Korea yang mengkonsumsi santan kemasan, tak ada informasi negatif yang beredar setelahnya.

Secara teori menurut ilmu bio kimia yang pernah saya pelajari, santan menyehatkan. Santan sendiri merupakan senyawa trigliserida rantai-sedang yang memiliki struktur molekul sederhana. Ini berarti bahwa lemak jenuh yang terkandung dalam santan merupakan lemak yang mudah larut dalam air. Dengan kata lain, lemak ini tergolong lemak yang langsung dibakar menjadi energi sehingga bisa mempercepat metabolisme tubuh.

Asam laurat yang terkandung dalam santan juga penting dalam meningkatkan daya tahan tubuh. Selain sebagai antioksidan, juga berfungsi sebagai antibakteri dan antivirus. Jangan salah, santan juga mengandung vitamin C. Soal urusan kecantikan, tak diragukan lagi lah apa manfaat santan.

Sebagai alternatif pengganti susu dalam kopi, tentunya membutuhkan upaya yang lebih serius untuk menemukan formula yang pas dan bisa diterima oleh lidah banyak orang, terutama bagi  penikmat kopi kekinian. Paling tidak, santan yang begitu melimpah di negara tropis seperti Indonesia ini semakin memiliki kedudukan yang vital dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara menyeluruh. Dalam artian bahwa, dengan gemarnya masyarakat mengkonsumsi santan maka industri kelapa tanah air kembali menemui titik terang sehingga tidak serta merta meredup seiring mewabahnya perkebunan sawit. Ah, kejauhan sepertinya.

Nah, pada kesempatan kali ini, saya kemudian mencoba meramu rasa dalam mencampur kopi dengan santan. Karena yang ada adalah robusta maka saya hanya menggunakan kopi robusta sebagai basis kopinya. Untuk mendapatkan aroma yang lebih memukau, sepertinya bagus menggunakan kopi blended. Tapi robusta yang saya gunakan adalah fine robusta Lampung, milik Suoh Coffee Lab.

Untuk based kopinya, saya menggunakan French Press. Bahan lain yang saya gunakan adalah gula aren cair sebagai pemanis. Selain itu, saya masih menggunakan susu full cream. Karena yang saya gunakan adalah santan cair maka saya masih perlu menambahkan sedikit air panas untuk mengencerkannya karena pada percobaan sebelumnya, akan sulit untuk mengaduk jika santannya dalam kondisi yang kental.

p_20200215_160255-014350333933346878749.jpeg
Bahan minuman yang sudah siap dengan takaran tertentu.

Ekstrak kopi saya buat dari 10 gram bubuk kopi dengan 100 ml air panas. Selanjutnya, saya memanaskan susu full cream sebanyak 60 ml hingga panas mencapai sekira 60°C. Di sisi lain saya menyiapkan gula aren cair sebanyak 30 ml. Saya kemudian mengencerkan 30 ml santan dengan cara menambahkan 10 ml air hangat lalu mengaduknya sehomogen mungkin.

p_20200215_160806-012020321732490685355.jpeg
Kopi santan yang siap saji.

Langkah selanjutnya adalah menuang masing-masing bahan tersebut ke dalam gelas. Saya mulai menuang susu sebagai bagian yang encer, disusul oleh santan kelapa lalu gula merah cair. Selanjutnya, ekstrak kopi yang sebelumnya saya diamkan sekira dua menit dalam French Press. Sesi akhir adalah pengadukan dan selamat menikmati. Beberapa varian yang saya buat bisa dilihat di video berikut ini.

Indonesia adalah negara kaya dengan beragam sumber daya yang ada. Tapi, itu semua hanya dongeng belaka jika kita tidak mampu mengolah dan menikmati kekayaan itu. Paling tidak, jangan membiarkan generasi kita kehilangan kopi hanya karena tidak mampu menjangkau harga kopi yang melebihi jatah makan siang kita. Sudah kah Anda ngopi hari ini?

Author: Enaldini

Lelaki yang jadi buruh tani, belakangan baru suka menulis. Suka club bola tempat Paolo Maldini berkiprah. Traveler gadungan yang pada prinsipnya, "Barangkali kita perlu duduk dan minum kopi bersama di depan tenda."

Leave a comment